Senin, 17 Mei 2010

TENTANG KELUARGA KU

SILSILAH KELUARGA


Nama saya Inda Ramadani. Saya lahir 19 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 24 maret 1991. Saya tinggal di Siantar bersama orang tua saya. Ayah saya bernama Suriadi dan ibu saya bernama Sumiati. Tapi sekarang ibu saya telah meninggal dunia sejak 11 tahun yang lalu. Saya memiliki 2 orang saudara kandung, di antaranya kakak saya yang bernama Hariani Ade Safitri dan adik saya Ilham Pangestu. Sejak ibu saya meninggal, saya dan saudara saya di asuh oleh nenek saya( ibu dari ayah) yang bernama Alwiyah. Karena kakek saya ( ayah dari ayah) yang bernama Tumin jaga sudah meninggal maka dari itu neneklah yang menjaga kami.
Keluarga saya hidup sederhana. Ayah saya hanya bekerja sebagai wiraswasta yang gajinya tidak seberapa. Ditambah dengan biaya hidup yang sekarang ini, sulit untuk dibanyangkan. Tapi syukur Alhamdulillah, walaupun ibu saya sudah meninggal, ibu saya masih bias membiayai saya kuliah dengan gaji pensiunnya, karena ibu saya adalah seorang guru.
Tak jauh dari tempat tinggal kami, nenek dan kakek ( dari ibu) juga sering berkunjung. Meskipun tidak sering, tetapi saya dan keluarga cukup senang.
Sekarang saya telah jauh dengan mereka semua. Karena saya harus melanjutkan sekolah saya di sini. Saya ingin menggantikan ibu saya untuk menjadi seorang guru. Bukan hanya itu saja, saya juga ingin membahagiakan orang tua dan keluarga saya.
Setelah hampir 7 tahun ayah saya hidup tanpa ibu, akhirnya ayah menikah lagi dengan seorang wanita yang juga sudah mempunyai seorang anak. Nama ibu saya yang baru adalah Masra dan anaknya Rachmad Ichsan. Ini dilakukan oleh ayah karena tidak ingin melihat kami( anak-anaknya) bisa merasakan kasih sayang seorang ibu, meskipun kasih saying ibu kandung tak akan tergantikan oleh siapa pun.

Minggu, 09 Mei 2010

HYDROLOGICAL CYCLE

Hydrological Cycle:
is the circulation of water that never stops from the atmosphere to earth and back into the atmosphere through condensation, precipitation, evaporation and transpiration.

Warming ocean water by sunlight is the key process of the hydrologic cycle can run continuously. Berevaporasi water, then fall as precipitation in the form of rain, snow, hail, sleet and snow (sleet), light rain or mist.
On the way to earth some precipitation may berevaporasi back to the top or fell in the later intercepted by plants before it reaches the ground. After reaching land, the hydrologic cycle continues to move in a continuous in three different ways:
• Evaporation / transpiration - water that is at sea, on land, in rivers, in plants, etc.. will then evaporate into the air (atmosphere) and then going into the clouds. In the state of saturation water vapor (clouds) it will be water spots and then it will go down (precipitation) in the form of rain, snow, ice.
• Infiltration / Percolation into the ground - Water moves into the soil through cracks and pores of the soil and rocks into the ground water. Water can move due to capillary action or water can move vertically or horizontally below the soil surface until the water is re-entering the surface water system.
• Surface Water - Water moving over the soil surface close to main stream and lake; more sloping land and fewer and fewer of the pores of the soil, the greater the surface flow. Soil surface flow can be seen usually in an urban area. The rivers join each other and form a major river that brings the entire surface of the water surrounding watershed into the sea.
Surface water, either flowing or stagnant (lakes, reservoirs, marshes), and part of subsurface water will be collected and forms a stream flowing into the sea and ends. Process water trip on the mainland occurred in the hydrologic cycle components that form consistently Watershed (DAS). The amount of water on earth as a whole is relatively fixed, that's changed is the form and place.

STRINGED COEFFICIEND


Stringed coefficient

Do you know about the coefficient of friction? A frictional force can be calculated from the multiplication of the normal force coefficient geseknya. Friction coefficient is divided into two, namely the coefficient of static friction and the friction coefficient of static friction kinetis.Koefisien used when the object was silent, while the kinetic friction coefficient is used when the body moves. This is where the uniqueness of the coefficient of friction, namely that the coefficient of static friction is always greater than kinetic friction coefficient. For example, if we push the car (from rest), first we need Newton's force of x to push the car so that it can move, but after the car is moving we only need to apply a force of less than x Newton so that it can continue moving car . Can be concluded more difficult than driving a car that still makes cars that are moving to keep moving.
This concept is very unique, especially when we see our lives, a lot of things that have similarities with those principles. The first thing that has the resemblance is when we start something new (things outside of our habits). For example, when we first decided to get up early. For the first time, it's very hard for us to carry out the habit. We need an extra hard effort to execute it. But, after we started to do it continuously and was used, the work we do to get up early was not as heavy as our efforts when we first tried to get up early. From an initially felt heavy, over time become accustomed to and it does not need to do battle again. Another example, when we learn the computer (and all software and other devices), initially seemed puzzling. But after we master it, we even hooked and trying to learn more about computers. What can we conclude from this is, starting is difficult, but if we can get started, then it will be easier.
The second principle is similar to the coefficient of friction is our hard work and efforts to face the problems we face. As spoken by Mr. Yohanes Surya that we should place students (generalization: we all) in a critical position. Here again I want to explain a little about the coefficient of friction, ie, if the force that we give to an object smaller than the static friction, the greater will be the same friction force that we give (sigma F = 0). If we apply a force greater than static friction, then the large size of the force of friction = kinetic friction. Meanwhile, if the style that we give as large as the static friction (this condition is often called a critical condition, where the object will move right, but not moved), a large frictional force will be equal to static friction (in other words the maximum frictional force of a objects). This is the same with our efforts to solve a problem, with which we do business = friction (f), and the situation / problem we face = thrust (F). If we face the problem of a lightweight (less than our maximum ability), then we will also provide a lightweight effort to resolve the problem (and the problem can be solved easily) (F = f). If we are given a problem that is too heavy, then we do business will not be maximum, but lower than the maximum because we feel hopeless and impossible to finish (fk Whereas if we are currently facing a problem that is quite difficult but we can solve (the problem is as much our ability), we will try with all our ability to complete (fs = f max = F). In conclusion, if we face the problem that is easy, we will only spend a little ability, if we face the problem that is too difficult, we will issue a maximum of our capabilities are not, and if we face the problem that is equivalent to our ability, we will issue all abilities us to complete. So, try to solve a problem that is not too easy and not too difficult for us. Try to put ourselves in a critical situation, this can help us achieve the maximum potential that exist in ourselves.

Makalah Kinetika Kimia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terjadinnya reaksi kimia disebabkan karena adannya tumbukan atau tabrakan antar molekul – molekul pereaksi dengan arah yang tepat dan memiliki energy yang cukup untuk mengatasi energy aktivasi molekul pereaksi. Molekul pereaksi yang menerima tumbukan akan berubah menjadi molekul teraktivasi (Komplek transisi) dan segera berubah menjadi produk (hasil reaksi). Senyawa pada keadaan kompleks teraktivasi ini bersifat tidak stabil. Untuk mencapai keadaan kompleks teraktifasi,diperlukan energy yang disebut energy aktivasi. Energy aktivasi adalah energy potensial yang harus dilampaui sebelum terjadi reaksi kimia.

Kompleks teraktivasi merupakan tahap persimpangan ketika kenaikan mulus energy potensial pada saat reaksi (reaktan) saling mendekati menjadi penurunan mulus ketika molekul hasil reaksi (produk) memilsah. Ini berarti,tidak semua pasangan yang bereaksi menghasilkan reaksi. Hanya pasangan yang memiliki energy kinetic cukup dapat melonggarkan ikatannya dan menata ulang ato-atomnya sewaktu mencapai keadaan transisi yang memisahkan preaksi dari hasil reaksi. Jika halangan ini terlalu tinggi,hampir semua pasangan molekul reaksi yang bertumbukan berpisah satu sama lain tanpa reaksi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah yang dibuat adalah :

1. Mengetahui defenisi dari Kinetika Kimia

2. Mengetahui defenisi dari laju Reaksi

3. Mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi

4. Mengetahui Persamaan Laju Reaksi

5. Mengetahui orde dari suatu Reaksi Kimia

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Kinetika Kimia

2. Apa yang dimaksud dengan Laju Reaksi

3. Jelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi Laju Reaksi

4. Jelaskan Persamaan dari Laju Reaksi

5. Jelaskan pengertian dan pembagian dari Orde Reaksi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Kinetika Kimia

Kinetika Kimia merupakan pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia. Besi lebih cepat berkarat dalam udara lembab dari pada dalam udara kering, makanan lebih cepat membusuk bila tidak didinginkan, kulit (bule) lebih cepat menjadi gelap dalam musim panas dari pada dalam musim dingin. Ini merupakan 3 contoh yang lajim dari perubahan kimia yang kompleks dari laju yang beraneka menurut kondisi reaksi. Yang lebih mendasar dari pada sekedar laju suatu reaksi adalah bagaimana perubahan kimia itu berlangsung.

2.2 Defenisi Laju Reaksi

Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam suatu satuan waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk .

2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi Laju Reaksi

Sifat alami suatu reaksi. Zat – zat berbeda secara nyata dalam lajunnya mereka mengalami perubahan kimia. Molekul hydrogen dan fluor bereaksi secara meledak, bahkan pada temperature kamar, dengan menghasilkan molekul hydrogen fluoride.

Beberapa reaksi memang secara alami lambat atau lebih cepat dibandingkan yang lain. Jumlah spesies yang ikut bereaksi serta keadaan fisik reaktan, ataupun kekompleksan jalanya (mekanisme reaksi) dan factor lain sangat menentukan kecepatan laju reaksi.

Konsentrasi reaktan. Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia denngan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat.

Tekanan. Reaksi yang melibatkan gas, kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan kenaikan tekanan dimana faktor tekanan ini ekuivalen dengan konsentrasi gas.

Orde reaksi. Orde reaksi menentukan seberapa besar konsentrasi reaktan berpengaruh pada kecepatan reaksi.

Orde suatu reaksi ialah jumlah semua komponen dari konsentrasi persamaan laju. Jika laju suatu reaksi kimia berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari hanya satu pereaksi

Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Jika laju reaksi itu berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi

Maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut orde teerhadap masing-masing pereaksi misalnya : dalam persamaan terakhir itu, laju reaksi itu adalah orde pertama dalam A dan orde pertama dalam B atau orde kedua secara keseluruhan. Suatu reaksi dapat berorde ketiga atau mungkin lebih tinggi lagi, tetapi hal itu sangat jarang.

SUHU Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Secara matematis hubungan antara nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi ARRHENIUS:

k = A . e-E/RT

dimana:

k : tetapan laju reaksi
A : tetapan Arrhenius yang harganya khas untuk setiap reaksi
E : energi pengaktifan
R : tetapan gas universal = 0.0821.atm/moloK = 8.314 joule/moloK
T : suhu reaksi (oK)

dengan naiknya suhu, bukan hanya molekul – molekul lebih sering bertabrakan tetapi mereka juga bertabrakan dengan dampak yang lebih besar karena mereka bergerak lebih cepat. Pada suhu yang ditinggikan, persentase tabrakan yang mengakibatkan reaksi kimia akan lebih besar, karena makin banyak molekul yang memiiki kecepatan lebih besar dank arena memiliki energy yang cukup untuk bereaksi.

KATALISATOR adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.

Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.

Suatu katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan:

1. Dengan pembentukan senyawa antara (katalisis homogen)

2. Dengan adsorpsi (katalisis heterogen)

Pembentukan senyawa antara (katalisis homogen). Terdapat banyak contoh reaksi homogen dalam larutan yang laju reaksinnya ditingkatkan dengan adannya zat katalitik.

Tanpa hadirnya katalis, diperlukan waktu berminggu – minggu untuk menghasilkan etil asetat dengan rendaman maksimal. Dengan hadirnya katalis asam, rendaman maksimal dicapai dalam beberapa zat. Sekali lagi, katalis tidak menambah banyaknya etil asetat yang dapat diperoleh pada kesetimbangan, karena laju reaksi maju dan reaksi balik ditingkatkan dengan sama banyak.

Adsorpsi. Banyak zat padat yang bertindak sebagai katalis, dapat mengikat cukup banyak kuantitas gas dan cairan pada permukaan mereka berdasarkan adsorpsi. Dalam beberapa hal naiknya kereaktifan ini dapat disebabkan oleh naiknya konsentrasi molekul yang teradsorpsi, mereka berjejalan pada permukaan zat padat sedangkan dalam keadaan gas, mereka terpisah jauh satu sama lain. Dalam hal – hal lain, gaya tarik antar molekul zat padat dan molekul zat cair atau gas yang teradsorpsi mengakibatkan molekul yang teradsorpsi menjadi aktif secara kimia.

Tidak perlunya dalam suatu campuran reaksi yang teradsorpsi dengan kuat dalam katalis dapat berlaku sebagai penghambat dengan mengurangi luas permukaan yang tersedia.

Pelarut. Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut. Sifat pelarut baik terhadap reaktan, hasil intermediate, dan produknya mempengaruhi laju reaksi. Seperti sifat solvasi pelarut terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion dan pelarut dalam pembentukan counter ion.

Radiasi elektromagnetik dan Intensitas Cahaya. Radiasi elektromagnetik dan cahaya merupakan salah satu bentuk energi. Molekul-molekul reaktan dapat menyerap kedua bentuk energi ini sehingga mereka terpenuhi atau meningkatkan energinya sehingga meningkatkan terjadinya tumbukan antar molekul

Pengadukan. Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang melibatkan sistem heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan dua fasa yaitu fasa padatan dan fasa cair seperti melarutkan serbuk besi dalam larutan HCl, dengan pengadukan maka reaksi akan cepat berjalan.

Kinetika kimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari laju dan mekanisme reaksi kimia. Besi lebih cepat berkarat dalam udara lembab daripada dalam udara kering; makanan lebih cepat membusuk bila tidak didinginkan; kulit bule lebih cepat menjadi gelap dalam musim panas dari pada dalam musim dingin. Ini merupakan tiga contoh yang lazim dari perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi.

Internet


LAPORAN

PEMBUATAN LARUTAN DAN PENGENCERAN

Judul percobaan : PEMBUATAN LARUTAN DAN PENGENCERAN

Tujuan percobaan :

1. Membuat larutan dengan kemolaran tertentu dari kristalnya

2. Mengetahui cara menghitung molaritas pada larutan

3. Mengetahui cara pembuatan larutan yang diencerkan

Tinjauan Teoritis :

LARUTAN

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogeny antara dua atau lebih zat yang terdisfersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut, sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent ( pelarut ) adalah medium dalam mana solute terlarut.

( Baroroh.2004 )

Pada umumnya zat yang digunakan sebagai larutan adalah air. Selain air, yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol amoniak, kloroform, benzene, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan.

( Gunawan.2004 )

Faktor – fakor yang mempenaruhi larutan yaitu temperature, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan jenis, PH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain.

( Khopkar.2003 )

Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan :

Apabila dari padatan ,pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan, berapa volume atau massa larutan yang akan dibuat.

Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama dan memenuhi persamaan.

PEMBUATAN LARUTAN DENGAN CARA MENGENCERKAN

Proses pengenceran adalah mencampurkan lrutan pekat ( konsentrasi tinggi ) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume air yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air yang ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercih. Jika kita berada di dekatnya, percikannya akan dapat merusak kulit.

( Brady.1999 )

Alat dan Bahan :

Alat

NO

NAMA ALAT

UKURAN

JUMLAH

1

Labu ukur

250 ml

2 buah

2

Neraca analitis

Standart

1 buah

3

Pipet ukur / volume

10 ml

1 buah

4

Corong kaca

Standart

1 buah

5

Kaca arloji

standart

1buah

Bahan

NO

NAMA BAHAN

KONSENTRASI

JUMLAH

WUJUD

1

Kristal NaCl

0,3 M

4,39 gram

Padat

2

aquades

300 ml

Cair

Prosedur kerja

Pembuatan 250 ml larutan NaCl 0,3 M dari Kristal NaCl

1. NaCl ditimbang dan didapat massanya sebanyak 4,39 gram

2. NaCl yang berbentuk Kristal padat dimasukan ke dalam labu ukur. Tambahkan air sedikit demi sedikit kemudian di kocok agar Kristal NaCl larut bersama air yang ditambahkan.

Pengenceran larutan NaCl 0,3 M menjadi larutan NaCl 0,03 M 250 ml

1. Untuk mengencerkan larutan NaCl 0,3M 250 ml diperlukan volume NaCl sebanyak 25 ml dan volume air sebanyak 250 ml sehingga dihasilkan larutan NaCl 0,03 M 250 ml

Pembahasan

PEMBUATAN LARUTAN NaCl 0,3 M 250 ML

Larutan yang akan dibuat 250 ml larutan NaCl 0,3 M dari Kristal NaCl. Dapat didapat dari perhitungan :

Massa NaCl =

Dari rumus awal :

Massa NaCl ==

Jadi untuk melarutkan Kristal NaCl 0,3 M dalam 250 ml dibutuhkan Kristal NaCl sebanyak 4.39 gram.

Dari percobaan di atas yang telh dilakukan dapat kita ketahui bahwa larutan NaCl 0,3 M 250ml masih lebih pekat dari awal hasil pengencerannya. Larutan ini jaga berwarna putih dan keruh. Dalam melakukan percobaan ini, kita tidak boleh menambahkan airleih dari 250ml, karena akan dapat merubah kemolarannya dan volume larutan juga pasti berubah.

Kemolaran atau molaritas menyatakan jumlah mol zat yang terlarut dalam satu liter larutan. Kemolaran ditulis dengan notasi M. larutan 1 molar berarti dalam satu liter larutan terlarut 1 mol zat.

PENGENCERAN LARUTAN NaCl 0,3 M MENJADI LARUTAN NaCl 0,03 M

Pengenceran dilakukan untuk mengubah zat dari yang pekat (dalam hal ini larutan NaCl 0,3 M) menjadi larutan yang mempunyai konsentrasi lebih kecil (larutan NaC l 0,03 M).

Rumus :

Keterangan :

molaritas larutan sebelum diencerkan

volume larutan sebelum diencerkan

mol zat sebelum diencerkan

molaritas larutan setelah diencerkan

volume larutan setelah diencerkan

mol zat setelah diencerkan

Jadi,

=

Air yang ditambahkan adalah

Jadi air yang ditambahkan yaitu 225 ml yang mengencerkan larutan NaCl 0,3M menjadi larutan NaCl 0,03 M.

Daftar Pustaka

Baroroh,umi. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Banjar Baru : Universitas lambung mangkurat

Brady, J.1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara

Gunawan,adi dan Roeswati.2004.Tangkas Kimia. Surabaya : Kartika

Khopkar,SM.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta : UI

Tim Kimia Umum. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Umum I. Medan : Unimed